Saya punya sebuah diary, buku harian. Sebenarnya sudah lebih dari satu tahun saya bertahan untuk tidak mengisinya. Bukan apa-apa, lama-lama saya bosan mengeluh pada diri sendiri (diakui atau tidak, sebagian besar diary pasti berisi keluh kesah :p ). Bosan mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran saya tapi cuma saya sendiri yang tahu. Saya pikir itu konyol: berteriak pada kuping sendiri. Kemudian saya memutuskan untuk membiarkan saja perasaan saya, apapun itu. Sepertinya sebagian diri saya merasa bosan untuk mendengarkan keluh-kesah sendiri.
Tetapi beberapa hari yang lalu saya kembali menyentuhnya. Tidak untuk membaca kembali apa yang saya tulis ataupun mengenang yang telah lalu. Tapi saya menulis lagi!
Anda tahu apa yang terjadi? Saya menulis satu kalimat dan air mata saya langsung keluar membanjir. Menangis berderai-derai padahal belum sampai lengkap maksud yang mau saya tulis (baca: keluhkan) dalam buku kuning bercorak kotak-kotak itu. Akhirnya, malam itu saya menghabiskan hampir dua jam untuk menulis satu halaman! Itu pun cuma dua puluh baris terisi.
Setelah itu saya mulai menyadari satu hal: membiarkan sesuatu tidak akan membuatnya mereda atau hilang dengan sendirinya, kadangkala kita hanya menumpuknya untuk suatu saat "brojol" dengan sendirinya. Seperti kantuk yang ditahan-tahan, pada akhirnya kita akan menghabiskan lebih banyak jam untuk jatuh tertidur... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar